http://dl.dropbox.com/u/44978165/Bon%20Jovi%20-%20It%27s%20My%20Life.mp3

bon jovi

Selasa, 15 Januari 2013

Hidup Adalah Panggung Sandiwara

Tanggal 13, januari 2013

Pukul 23:15


Perjuangan


Aku seorang lelaki yang berumur 15 tahun. Malam ini aku merenungkan apa yang telah terjadi  di kehidupan ku. Kehidupan yang bener benar membuat ku sulit menerimaya. Yaitu masuk kesebuah sekolah. Mungkin jika mendengan kata sekolah, maka yang ada di fikiran orang banyak adalah sebuah gedung yang indah, gedung yang di harapkan oleh seorang siswa untuk belajar di dalamnya. Tapi ceritaku beda.


                Bermula dari kelulusan kelas IX. Kala itu orang tua ku yang mengambil hasil Ujian Sekolah ku. Aku ber sekolah di SMPN 1 klari, SMP yang terkenal dengan sebutan RSBI. Tapi aku adalah siswa yang berkelas Reguler. Hari itu, ayah ku lah yang menganbil Ijazah ku. Di rumah Aku mengharapkan nilai besar. Bukan untuk sombong ataupun untuk mendapatkan hadiah, aku ingin masuk ke sekolah yang faforit di karawang. SMAN 3 Karawang, SMA yang ku inginkan. Walaupun sebelumnya aku mendaftar ke SMAN 1 Karawang. Tapi nyatanya aku di tolak. Menunggu dengan hati gelisah, aku memikirkan bahwa aku lulus atau tidak. Berjam jam aku menunggu kedatangan ayah ku. Aku tak sabar melihat hasil Ujian Akhir sekolah ku.

                Tak lama ayah ku datang, nilai Nem murni ku 81,00. Aku telah mengetahui Passing Grade SMAN 1 KRW. 83,56 tahun lalu mereka nilai terendah mereka adalah sekian. Kala itu harapan ku sirnah, hilang bahkan hancur. Karena aku tidak di terima di SMAN 1 KRW dan sekarang harus mengurungkan niat ku bersekolah di SMAN 3 KRW. Tapi pada akhirnya aku tetap berniat mendaftarkan diri. Ijazah asli keluar dan ditambah nilai raport Nem aku memnjadi 82,96. Dengan nilai yang tidak memungkinkan aku memberanikan diri mendaftar ke SMAN 3 KRW. Dengan modl nekat aku di antar om ibung mendaaftar ke SMAN 3 KRW. Hari pertama pendaftaran di buka aku langsung mendaftar. Dari pagi hingga siang aku menunggu antrian.

                Hari pertama pasinggrade 71,00. Tidak masalah bagi nilai ku, masih jauh untuk menyingkirkan nilai ku. Hari kedua, ketiga dan ke empat kenaikan Passing Grade hanya naik sedikit demi sedikit di hari ke empat Passing Gradenya adalah 79,00 lumanyan jauh dengan nilai ku. Di hari ke lima aku sudah mulai khawatir, Passing Grade meningkat menjadi 80,89 jika terus naik maka aku akan tersingkirkan. Di hari ke enam Passing Grade naik drastis menjadi 82,95. Aku sudah mempasrah kan diri, aku menghapuskan niat untuk masuk ke SMAN 3 KRW. Dan di hari ke tujuh, hal yang tidak di inginkan pun terjadi. Passing Grade menjadi 83,56. Kesal, sedih dan tak percaya. Aku tidak di terima di SMAN 1 KRW dan sekarang harus di tolak oleh SMAN 3 KRW. Aku dan ayah ku mengambil berkas yang ada di SMAN 3 KRW untuk mencari SMA yang mau menampung dan menerimaku. Dengan hati yang tak percaya aku menandatangani “Surat Pencabutan berkas” aku merasa hancur, hidup terasa tak berguna, dunia terasa tak adil. Aku yang benar benar niat masuk, tapi aku yang di tolaknya.

                Setelah pencabutan berkas itu, aku pergi mencari sekolah yang ingin menampung dan menerimaku. Ayah ku menyaran kan untuk masuk ke SMAN 1 Klari. SMA yang terkenal nakalnya. Sempat ku menolaknya, karena sekolah itu bukan yang aku inginkan. Sempat pula aku berfikir ingin melakukan hal yg di lakukan oleh siswa lain. Yaitu menyogok dan memaksa agar aku di terima di SMAN 3 KRW. Tapi ayah aku tak mengizinkannya. Ia berkata “kita merasakan sekolah yang dicela tapi kita mendapatkannya dengan cara halal, dengan cara adil dan tanpa ada paksaan. Ayah ingin kamu tumbuh besar dari biji paling kecil. Ayah ingin kamu merasakan celaan orang lain, karena dengan celaan kamu akan tumbuh menjadi sebuah pohon yang besar, kuat dan tidak akan runtuh. Tapi mereka, mereka yang merasakan kebahagiaan mu, mereka akn di puji, di sanjung tapi sekalinya mereka di cela mereka akan tumbang walau mereka tumbuh di kalangan yang di hormati, di segani bahkan di banggakan.” Dengan berat hati aku mengiya kan bahwa aku siap mesuk ke SMAN 1 Klari. Akhirnya di hari terakhir pendaftaran di buka aku menuju SMAN 1 Klari dan aku sampai di SMAN 1 Klari pada pukul 13:30. Tanpa mengisi apapun dan bermodalkan 1000 rupiah untuk membeli map abu abu dan menunggu setengah jam untuk mengetahui hasilnya, apakah aku msuk atau tidak. Selama aku menunggu hasilnya, aku berbicara denggan Bu Euis selaku panitia SMAN 1 Klari. Aku banyak mendengar cerita dari Ibu Euis.

                Tak lama, ada seorang lelaki dan seorang wanita menghampiri kami. Wanita dan lelaki itu berbicara dengan ibu Euis. Rupanya lelaki itu adalah siswa yang di keluarkan oleh SMAN 3 KRW karena kenakalan remaja. Aku yang susah payah ingin masuk ke SMAN 3 KRW, tapi ia malah menyia nyiakannya hingga akhirnya di keluarkan. Wanita yang tak lain adalah kakanya memohon ke ibu Euis untuk menerima lelaki itu. Tapi ibu Euis menolaknya.

                Pukul 14:00 pun berlalu, hasil pun telah keluar dan aku dinyatakan di terima oleh SMAN 1 Klari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar