Tanggal 13, januari 2013
Pukul 23:15
Perjuangan
Aku seorang lelaki yang berumur 15 tahun. Malam ini aku
merenungkan apa yang telah terjadi di
kehidupan ku. Kehidupan yang bener benar membuat ku sulit menerimaya. Yaitu
masuk kesebuah sekolah. Mungkin jika mendengan kata sekolah, maka yang ada di
fikiran orang banyak adalah sebuah gedung yang indah, gedung yang di harapkan
oleh seorang siswa untuk belajar di dalamnya. Tapi ceritaku beda.
Bermula
dari kelulusan kelas IX. Kala itu orang tua ku yang mengambil hasil Ujian
Sekolah ku. Aku ber sekolah di SMPN 1 klari, SMP yang terkenal dengan sebutan
RSBI. Tapi aku adalah siswa yang berkelas Reguler. Hari itu, ayah ku lah yang
menganbil Ijazah ku. Di rumah Aku mengharapkan nilai besar. Bukan untuk sombong
ataupun untuk mendapatkan hadiah, aku ingin masuk ke sekolah yang faforit di
karawang. SMAN 3 Karawang, SMA yang ku inginkan. Walaupun sebelumnya aku
mendaftar ke SMAN 1 Karawang. Tapi nyatanya aku di tolak. Menunggu dengan hati
gelisah, aku memikirkan bahwa aku lulus atau tidak. Berjam jam aku menunggu
kedatangan ayah ku. Aku tak sabar melihat hasil Ujian Akhir sekolah ku.
Tak
lama ayah ku datang, nilai Nem murni ku 81,00. Aku telah mengetahui Passing
Grade SMAN 1 KRW. 83,56 tahun lalu mereka nilai terendah mereka adalah sekian.
Kala itu harapan ku sirnah, hilang bahkan hancur. Karena aku tidak di terima di
SMAN 1 KRW dan sekarang harus mengurungkan niat ku bersekolah di SMAN 3 KRW.
Tapi pada akhirnya aku tetap berniat mendaftarkan diri. Ijazah asli keluar dan
ditambah nilai raport Nem aku memnjadi 82,96. Dengan nilai yang tidak
memungkinkan aku memberanikan diri mendaftar ke SMAN 3 KRW. Dengan modl nekat
aku di antar om ibung mendaaftar ke SMAN 3 KRW. Hari pertama pendaftaran di
buka aku langsung mendaftar. Dari pagi hingga siang aku menunggu antrian.
Hari
pertama pasinggrade 71,00. Tidak masalah bagi nilai ku, masih jauh untuk
menyingkirkan nilai ku. Hari kedua, ketiga dan ke empat kenaikan Passing Grade
hanya naik sedikit demi sedikit di hari ke empat Passing Gradenya adalah 79,00
lumanyan jauh dengan nilai ku. Di hari ke lima aku sudah mulai khawatir,
Passing Grade meningkat menjadi 80,89 jika terus naik maka aku akan
tersingkirkan. Di hari ke enam Passing Grade naik drastis menjadi 82,95. Aku
sudah mempasrah kan diri, aku menghapuskan niat untuk masuk ke SMAN 3 KRW. Dan
di hari ke tujuh, hal yang tidak di inginkan pun terjadi. Passing Grade menjadi
83,56. Kesal, sedih dan tak percaya. Aku tidak di terima di SMAN 1 KRW dan
sekarang harus di tolak oleh SMAN 3 KRW. Aku dan ayah ku mengambil berkas yang
ada di SMAN 3 KRW untuk mencari SMA yang mau menampung dan menerimaku. Dengan
hati yang tak percaya aku menandatangani “Surat Pencabutan berkas” aku merasa
hancur, hidup terasa tak berguna, dunia terasa tak adil. Aku yang benar benar
niat masuk, tapi aku yang di tolaknya.
Setelah
pencabutan berkas itu, aku pergi mencari sekolah yang ingin menampung dan
menerimaku. Ayah ku menyaran kan untuk masuk ke SMAN 1 Klari. SMA yang terkenal
nakalnya. Sempat ku menolaknya, karena sekolah itu bukan yang aku inginkan.
Sempat pula aku berfikir ingin melakukan hal yg di lakukan oleh siswa lain.
Yaitu menyogok dan memaksa agar aku di terima di SMAN 3 KRW. Tapi ayah aku tak
mengizinkannya. Ia berkata “kita
merasakan sekolah yang dicela tapi kita mendapatkannya dengan cara halal,
dengan cara adil dan tanpa ada paksaan. Ayah ingin kamu tumbuh besar dari biji
paling kecil. Ayah ingin kamu merasakan celaan orang lain, karena dengan celaan
kamu akan tumbuh menjadi sebuah pohon yang besar, kuat dan tidak akan runtuh.
Tapi mereka, mereka yang merasakan kebahagiaan mu, mereka akn di puji, di
sanjung tapi sekalinya mereka di cela mereka akan tumbang walau mereka tumbuh
di kalangan yang di hormati, di segani bahkan di banggakan.” Dengan berat hati
aku mengiya kan bahwa aku siap mesuk ke SMAN 1 Klari. Akhirnya di hari terakhir
pendaftaran di buka aku menuju SMAN 1 Klari dan aku sampai di SMAN 1 Klari pada
pukul 13:30. Tanpa mengisi apapun dan bermodalkan 1000 rupiah untuk membeli map
abu abu dan menunggu setengah jam untuk mengetahui hasilnya, apakah aku msuk
atau tidak. Selama aku menunggu hasilnya, aku berbicara denggan Bu Euis selaku
panitia SMAN 1 Klari. Aku banyak mendengar cerita dari Ibu Euis.
Tak
lama, ada seorang lelaki dan seorang wanita menghampiri kami. Wanita dan lelaki
itu berbicara dengan ibu Euis. Rupanya lelaki itu adalah siswa yang di
keluarkan oleh SMAN 3 KRW karena kenakalan remaja. Aku yang susah payah ingin
masuk ke SMAN 3 KRW, tapi ia malah menyia nyiakannya hingga akhirnya di
keluarkan. Wanita yang tak lain adalah kakanya memohon ke ibu Euis untuk
menerima lelaki itu. Tapi ibu Euis menolaknya.
Pukul
14:00 pun berlalu, hasil pun telah keluar dan aku dinyatakan di terima oleh
SMAN 1 Klari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar